Pengaruh praktek kerja Industri Terhadap Motivasi Berwirausaha

Pendidikan kewirausahaan sangat diperlukan dalam era globalisasi ini, pendidikan kewirausahaan merupakan salah satu program pemerintah khususnya Kementrian Pendidikan Nasional yang bertujuan untuk membangun dan mengembangkan manusia yang berjiwa kreatif, inovatif, sportif dan wirausaha. Dalam pendidikan kewirausahaan diharapkan adanya motivasi berwirausaha peserta didik. motivasi dalam dunia pendidikan dirasakan sangat penting salah satunya adalah motivasi belajar dan motivasi berprestasi. Agar dapat memotivasi peserta didik untuk berwirausaha, maka guru dan pihak sekolah bekerja sama dengan Dunia Usaha/Dunia Industri guna melaksanakan praktek kerja industri. Penelitian ini bertujuan

1) untuk memperoleh gambaran pelaksanaan praktek kerja industri,
2) untuk memperoleh gambaran motivasi berwirausaha peserta didik.
3) untuk mengetahui berapa besar pengaruh pelaksanaan praktek kerja industri terhadap motivasi berwirausaha peserta didik. Objek penelitian ini adalah peserta didik kelas XII program keahlian pemasaran di SMKN 1 Kadipaten. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah praktek kerja industri (X) terhadap motivasi berwirausaha (Y). Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif, verivikatif dan explanatory survey dengan teknik simple random sampling serta jumlah sampel sebanyak 58 responden. Teknik analisa data yang digunakan adalah regresi linier sederhana dengan alat bantu software komputer SPSS 16,0. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini menyatakan bahwa praktek kerja industri berpengaruh terhadap motivasi berwirausaha peserta didik sebesar 36,97%. Dari hasil penelitian terhadap pengujian hipotesis dapat diketahui bahwa praktek kerja industri memiliki pengaruh positif terhadap motivasi berwirausaha.



TINGKAT PENGANGGURAN DI INDONESIA 

Besarnya jumlah pengangguran dari tahun ke tahun disebabkan oleh sedikitnya lapangan pekerjaan yang tersedia sedangkan jumlah lulusan sekolah menengah dan perguruan tinggi terus bertambah. Akibatnya terjadi ketidakseimbangan antara jumlah lapangan pekerjaan dengan orang yang akan bekerja. Hal tersebut semakin didorong dengan timbulnya Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) dari beberapa perusahaan yang mengalami kerugian.

Masalah pengangguran sebenarnya bisa diatasi jika negara mampu menyediakan lapangan pekerjaan sebanyak mungkin. Namun hal ini sepertinya tidak mungkin bisa secepatnya terealisasi, karena perkembangan dunia ilmu pengetahuan dan teknologi terutama dalam bidang teknologi informasi telah memberikan dampak terhadap percepatan perubahan yang terjadi di dalam masyarakat. Perubahan mempengaruhi dinamika kebijakan pembangunan dalam dunia pendidikan. Pembangunan dalam bidang pendidikan diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UU No.20/2003), Bab II Pasal 3, bahwa: Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan serta membentuk watak dan peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.” Sebagai perwujudan dari amanat undang-undang tersebut.

 Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang merupakan sub-sistem pendidikan nasional juga mengalami perubahan, demi perbaikan dan peningkatan kualitas hasil pendidikan. SMK menyiapkan lulusannya untuk bekerja dalam bidang tertentu dengan bekal pengetahuan, keterampilan, dan sikap kerja yang sesuai dengan kebutuhan dunia usaha dan dunia industri atau berwirausaha. Visi SMK menurut Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan adalah terwujudnya SMK bertaraf internasional, menghasilkan tamatan yang memiliki jati diri bangsa, mampu mengembangkan keunggulan lokal dan bersaing di pasar global. Misi SMK menurut Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan adalah :

(1) meningkatkan profesionalisme dan good governance SMK sebagai pusat pembudayaan kompetensi,
(2) meningkatkan mutu penyelenggaraan pendidikan (8 SNP),
(3) membangun dan memberdayakan SMK bertaraf internasional sehingga menghasilkan lulusan yang                 memiliki jati diri bangsa dan keunggulan kompetitif di pasar nasional dan global,
(4) memberdayakan smk untuk mengembangkan potensi lokal menjadi keunggulan komparatif,
(5) memberdayakan SMK untuk mengembangkan kerjasama dengan industri, PPPG, LPMP, dan berbagai         lembaga terkait dan
(6) meningkatkan perluasan dan pemerataan akses pendidikan kejuruan yang bermutu.

Sedangkan tujuan SMK menurut Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan adalah
(1) mewujudkan lembaga pendidikan kejuruan yang akuntabel sebagai pusat pembudayaan kompetensi               berstandar nasional,
(2) mendidik Sumber Daya Manusia yang mempunyai etos kerja dan kompetensi berstandar internasional, (3) Memberikan berbagai layanan pendidikan kejuruan yang permeabel dan fleksibel secara terintegrasi              antara jalur dan jenjang pendidikan,
(4) Memperluas layanan dan pemerataan mutu pendidikan kejuruan,
(5) Mengangkat keunggulan lokal sebagai modal daya saing bangsa.

Doni Muhardiansyah (2010:6) mengungkapkan SMK sebagai bentuk satuan penyelenggara dari pendidikan menengah kejuruan yang berada di bawah Direktorat Pembinaan Sekolah Kejuruan, merupakan lembaga pendidikan yang berorientasi pada pembentukan kecakapan hidup, yaitu melatih peserta didik untuk menguasai keterampilan yang dibutuhkan oleh dunia kerja (termasuk dunia bisnis dan industri), memberikan pendidikan tentang kewirausahaan, serta membentuk kecakapan hidup (life skill).

Tujuan SMK tersebut diharapkan dapat memberikan kontribusi yang besar dalam usaha meningkatkan kualitas individu peserta didik. Hal ini ditandai dengan akan terciptanya tenaga-tenaga terampil yang siap memasuki dan membuka lapangan kerja baru, sehingga mampu meningkatkan pendapatan dan produktivitas nasional serta menaikkan peringkat Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia.

Peningkatan IPM diharapkan akan merupakan faktor yang dapat mengantisipasi dampak perubahan global yang sudah terasa dewasa ini. Perubahan global yang telah, sedang, dan akan dihadapi bangsa ini adalah lahirnya era perdagangan bebas untuk kawasan Asia Tenggara atau AFTA (Asean Free Trade Area) tahun 2003, era persaingan tenaga kerja secara bebas untuk kawasan Asia Tenggara atau AFLA (Asean Free Labour Area) tahun 2010, dan era kerja sama ekonomi kawasan asia pasifik atau APEC (Asia Pasific Economic Cooperation) tahun 2020.

0 Response to "Pengaruh praktek kerja Industri Terhadap Motivasi Berwirausaha"

Posting Komentar

wdcfawqafwef