Permasalahan Pembelajaran Tematik Terpadu di SD

Dunia pendidikan di Indonesia saat ini tengah digencarkan dengan adanya perubahan kurikulum. Dalam draft sosialisasi Kurikulum 2013 dijelaskan rasionalisasi perubahan kurikulum tersebut didasarkan pada permasalahan yang terdapat dalam Kurikulum 2006diantaranyadisebutkan bahwa konten kurikulum masih terlalu padat serta belum sepenuhnya berbasis kompetensi yang sesuai tuntutan kebutuhan dan pekembangan jaman, kompetensi belum menggambarkan secara holistik domain sikap, keterampilan dan pengetahuan, selain itu standar penilaian pun belum mengarahkan pada penilaian berbasis kompetensi atau penilaian proses dan hasil.


Dari hasil identifikasi kesenjangan yang terdapat dalam draft sosialisasiKurikulum 2013 tersebut diperoleh gambaran bahwa terdapat masalah dalam aspek kompetensi lulusan, pengelolaan kurikulum, materi, proses dan penilaian pembelajaran serta kualitas pendidik dan tenaga kependidikan saat ini. Materi pembelajaran diharapkan memuat materi esensial yang sesuai dengan kompetensi yang dibutuhkan dan sesuai dengan tingkat perkembangan anak. 

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 67 Tahun 2013 mengenai Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum SD/MI menegaskan bahwa Kurikulum 2013 untuk Sekolah Dasar didesain dengan menggunakan pembelajaran tematik terpadu. Sebelum diterapkannya Kurikulum 2013, penetapan pendekatan pembelajaran tematik di Sekolah Dasar telah disebutkan pula oleh pemerintah melalui Badan Standar Nasional Pendidikan (BNSP) tahun 2006.Berdasarkan kondisi tersebut maka diketahui bahwa pembelajaran tematik bukanlah suatu hal yang baru dalam sejarah kependidikan di Indoneasia. 

Adapun hal yang menjadi perbedaan dalam penerapan pembelajaran tematik di Kurikulum 2013 adalah implementasi pembelajaran tematik terpadu tidak hanya diterpakan di kelas awal Sekolah Dasar (kelas I-III) saja, tapi diterapkan mulai dari kelas I sampai kelas VI.

Banyak negara yang menerapkan sistem pembelajaran berbasis tematik terpadu sampai SD kelas VI seperti Finlandia, England, Jerman, Scotland, Perancis dan negara-negara maju lainnya. Hal inilah yang menjadi dasar pemikiran urgensi penerapan pembelajaran tematik terpadu di Sekolah Dasar yang dimaksudkan dalamKurikulum 2013. Selain itu, banyak sekolah alternatif yang menunjukan hasil menggembirakan karena menerapkan sistem pembelajaran integratif berbasis tema.

Namun pada kenyataannya, pelaksanaan pembelajaran tematik di banyak daerah selama ini dinilai masih belum efektif. Telah banyak penelitian yang mengungkap permasalahan mengenai ketidakefektifan pembelajaran tematik ini. Salah satu hasil menyebutkan bahwa “implementasi pembelajaran tematik pada Sekolah Dasar dalam kategori tidak efektif” (Amelia, 2012; Sadri, 2012 ). Selain itu, penelitian Sulastri (2012: i) mengenai analisis kesenjangan pelaksanaan standar proses pembelajaran temaik di Sekolah Dasar menunjukan bahwa “pelaksanaan standar proses pada pembelajaran tematik kelas permulaan SD  belum mencapai standar yang dipersyaratkan”. 

Hal yang menjadi permasalahan dalam persiapan pembelajaran tematik antara lain : 

(1) Guru mengalami kesulitan dalam menjabarkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar ke dalam indikator terutama dalam hal menentukan kata kerja operasional yang tepat; 
(2) Guru kesulitan dalam mengembangkan tema dan contoh tema tidak selalu sesuai dengan kondisi lingkungan belajar siswa; 
(3) Guru kesulitan tentang bagaimana cara melakukan pemetaan bagi Kompetensi Dasar yang lintas semester dan Kompetensi Dasar yang tidak sesuai dengan tema; 
(4) Beberapa contoh silabus pembelajaran tematik yang ada sangat beragam pendekatannya sehingga menimbulkan masalah dan keraguan untuk menggunakan; 
(5) Guru kesulitan dalam merumuskan keterpaduan berbagai mata pelajaran pada langkah pembelajaran dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). 

Selanjutnya Pujiastuti menyatakan permasalahan dalam pelaksanaan pembelajaran tematik antara lain : 
(1) Keterbatasan pengetahuan dan kemampuan guru dalam mengajarkan lagu anak-anak sesuai tema; 
(2) Bahan ajar yang tersedia masih menggunakan pendekatan mata pelajaran sehingga menyulitkan guru memadukan materi sesuai tema; 
(3) Bahan ajar tematik masih bersifat nasional sehingga beberapa materi kurang sesuai dengan kondisi lingkungan belajar siswa; 
(4) Model team teaching sesuai untuk kondisi sekolah yang menerapkan sistem guru bidang studi. Namun model ini memerlukan koordinasi dan komitmen yang tinggi pada masing-masing guru; 
(5) Sekolah yang kekurangan jumlah guru menerapkan model pembelajaran kelas rangkap, sehingga kesulitan menerapkan pembelajaran tematik di kelas awal; 
(6) Untuk guru kelas dapat menggunakan model webbed yakni pembelajaran yang menggunakan suatu tema sebagai dasar pembelajaran dalam berbagai disiplin mata pelajaran; 
(7) Lingkungan sekolah di wilayah kabupaten masih standar dan sarana teknologi sangat kurang karena sarana pendukungnya yang tidak memenuhi syarat; (
8) Jadwal yang menggunakan mata pelajaran menyulitkan guru dalam memadukan berbagai mata pelajaran secara luwes; 
(9) Penggunaan jadwal tema lebih luwes dalam penyampaian pembelajaran tematik, namun memerlukan perencanaan yang matang dalam hal bobot penyajian antar mata pelajaran. 

Sedangkan permasalahan penilaian pembelajaran tematik antara lain : 
(1) Guru kesulitan dalam melakukan penilaian bagi siswa kelas 1 yang belum lancar membaca dan menulis; (2) Penilaian lisan, unjuk kerja, tingkah laku, produk maupun portofolio sudah dilakukan namun jarang didokumentasikan; 
(3) Guru masih kesulitan membuat instrumen penilaian unjuk kerja, produk dan tingkah laku, sehingga cenderung lebih suka menggunakan penilaian tertulis; 
(4) Guru masih kesulitan menentukan Kriteria ketuntansan Minimal; 
(5) Guru juga menemui kesulitan dalam cara menilai pembelajaran tematik, karena rapor siswa menggunakan mata pelajaran. 

Hal ini pun di pertegas dalam draft kurikulum 2013 yang menyebutkan “permasalahan dalam pembelajaran tematik yaitu tidak ada kompetensi inti yang mengikat semua mata pelajaran dan warna mata pelajaran sangat kental bahkan berjalan sendiri-sediri dan saling mengabaikan”. Menimbang urgensi penerapan pembelajaran tematik terpadu tersebut, maka perlu diadakan perbaikanperbaikan dalam implementasi tematik terpadu di Sekolah Dasar.

0 Response to "Permasalahan Pembelajaran Tematik Terpadu di SD"

Posting Komentar

wdcfawqafwef